Pendidikan dan Sosial Budaya

 

Nama                           : Riyan Hardinata

Makul                          : Filosofi Pendidikan

Dosen Pengampu        : Dr. Herita Warni, M.Pd

 

KONEKSI ANTAR MATERI


 

Pada modul ini saya telah mempelajari pemahaman mengenai pendidikan dan pengajaran pemikirian Ki Hajar Dewantara, Gagasan atau ide mengenai pendidikan, pemahaman mengenai sosial kultural dalam bidang pendidikan dan relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan pendidikan di indonesia dan pengalaman mengajar disekolah. Memahami pendidikan berdasarkan kodrat alam dan perkembangan zaman. Pendidikan di lihat dari sudut perspektif sosial budaya juga di jelaskan dalam modul ini.

Kesimpulan yang bisa saya ambil ialah “Pendidikan dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan dan saling berkaitan tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan. Jika pendidikan hanya mengutamakan intelektual maka akan menyebabkan peserta didik tidak memiliki jiwa humanis dan manusiawi”.

 

Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan itu termasuk (pengajaran) bagi tiap bangsa termasuk pemeliharaan guna mengembangkan generasi penerus bangsa, agar dapat berkembang dengan sehat lahir batin. Untuk itu manusia-Individu harus di kembangkan jiwa raganya dengan memanfaatkan segala upaya dan media pendidikan yang berdasarkan adat istiadat rakyat. Gerakan pendidikan yang akan menyebarkan benih hidup merdeka di kalangan rakyat dengan jalan pengajaran dan pendidikan nasional. Pendidikan nasional di maksudkannya; suatu system pendidikan baru yang berdasarkan atas kebudayaan kita sendiri mengutamakan kepentingan masyarakat. Pendidikan yang mengutamakan “intelektualisme” harus di jauhi dan di ganti dengan system mengajar yang di namai system Among yang menyokong kodrat alam anak-anak didik bukan dengan” perintah paksaan” tetapi dengan “tuntunan” agar berkembang hidup lahir batin anak menurut kodratnya sendiri dengan subur dan selamat. System among ini mengemukakan dua dasar yaitu: 1). kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan mengerakan kekuatan lahir dan batin hingga dapay hidup merdeka (dapat berdiri sendiri) 2).kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya. Metode sistem among merupakan bentuk pembelajaran yang menyenangkan,penuh cinta, kasih dan menyenangkan. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan. Sedangkan Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat). Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun peserta didik menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa diperintah oleh orang lain. Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Pendidikan dengan perspektif global, Ki Hajar Dewantara juga mengingatkan bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh beliau adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik. Perspektif Sosiokultural   merupakan   suatu   konsep   yang   menitikberatkan   pada   adanya interaksi  di  suatu  budaya  tertentu(Nugroho,  2019).  Interaksi  yang  dimaksud  adalah bagaimana    sebuah    aturan,    peran,    serta    nilai    dalam    budaya    tersebut    saling berkesinambungan(Stephen  W.  Littlejohn,  Foss,  &  Oetzel,  2017).  Tidak  hanya  di Indonesia,ketika hidup di negara manapun budaya merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan.  Di setiap daerah tentu memiliki nilai, aturan, dan budaya yang berbeda-beda. Jika dihubungkan  dengan  fenomena  yang  terjadi  di  Indonesia,  saya  sebagai  mahasiswa PPG Prajabatan  pyang  dahulu  mengejar  pendidikan  di daerah  kalimantan barat sangat  merasakan bagaimana  perbedaan  ketika  tinggal  dikalimantan selatan (tempat  dimana saya  melanjutkan pendidikan profesi).  Kalimantan barat sebagai  Kota  yang  sangat  dinamis  dan  karakter  masyarakat yang  kental akan nilai keagamaan,  berbeda  dengan  Kota  kalbar  yang  masih  kental  dengan  nilai budaya  luhur  nya kerajaan.  Namun  sebagai  mahasiswa  pendatang,  saya  merasa  perlu  untuk menghormati budaya yang dianut pada kota tersebut. Berangkat  dari  hal  tersebut,  teori  sosiokultural  membantu  dalam  melihat bagaimana  seseorang  dapat  menciptakan  sebuah  realitas,  hubungan,serta  pengaruh yang terjadi didalam suatu lingkup sosial dan budaya. Perspektif Sosiokultural dalam pendidikan sangat mempengaruhi suatu  proses  pembelajaran second  language, ditemukan bahwa  latar  belakang  budaya  dari  para  siswa  dapat  mempengaruhi  perilaku dan  aktivitas  mereka.Selain  peranan  latar  belakang  budaya  siswa,  proses  yang memudahkan  pembelajaran  siswa  adalah  melalui  pola  komunikasi  yang  sesuai,  serta bagaimana   interaksi   yang   terbentuk   dengan   lingkungan   akan   berpengaruh   secara signifikan.

Refleksi diri

 

1.      Sebelum saya mempelajari topik ini, saya menempatkan peserta didik sebagai objek

Ø   peran utama dan yang paling aktif pada saat pembelajaran adalah pendidik

Ø  Siswa hanya duduk diam mendengarkan dan mnegerjakan tugas

Ø  Pendidik belum memiliki inovatif yang cukup dalam merencanakan pembelajaran yang memerdekakan peserta didik.

2.      Setelah mempelajari topik ini pemahaman saya berubah

Ø  Peserta didik merupakan subjek dalam sebuah pembelajaran, sehingga pendidikan dan pembelajaran sepenuhnya di sesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Ø  Pendidikan yang berpusat kepada peserta didik, mengutamakan kepentingan dankeperluan peserta didik.

Ø  Pendidikan sekarang herusnya menerapkan metode among , untuk membuat proses belajar peserta didik tidak tertekan, akan tetapi merasakan bahagia dalam mengikuti pembelajaran

Ø  Pendidik hanya menjadi fasilitator atau penuntun dalam setiap proses pembelajaran.

Ø  Setiap peserta didik memiliki keunikan masing-masing karena memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda.

3.      Setelah merefleksikan pemikiran Ki Hajar Dewantara saya akan segera menerapkan :

Ø  Meningkatkan kompetensi saya sebagai pendidik

Ø  Sebagai pendidik harus disiplin

Ø  Membudayakan salam, sapa, senyum, sopan dan santun di sekolah.

Ø  Sebagai teladan bagi peserta didik, sehingga bisa menanamkan nilai karakter dan budi pekerti yang luhur.

Ø  Peserta didik diberi kebebasan dalam mengeksplor potensi diri baik pengetahuan dan keterampilan.

Ø  Memberi apresiasi setiap pencapaian yang diraih oelh peserta didik.

Ø  Menggunakan media dan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik dan juga karakteristik materi.

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkembangan Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

Relevansi Perjalanan Pendidikan